MAKALAH
DIFUSI INOVASI KOMUNIKASI KESEHATAN
DI PUSKESMAS
Makalah
ini disusun guna memenuhi
Tugas
Mata Kuliah Jurnalistik On Line
Dosen Pengampu : Merry Fridha Tri Palupi, S.Sos., Msi
Oleh:
MOH. WAFA
JAUHARI
( 11105540030
)
PRODI ILMU
KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS
ISLAM BALITAR
B L I T A R
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat-Nya. Penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Jurnalistik
On Line yang berjudul ” Difusi Inovasi Komunikasi
Kesehatan di Puskesmas”
Dalam
Penyusunan tugas ini, penulis telah
mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Merry Fridha Tri Palupi, S.Sos., Msi
- Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Blitar,
Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3.Tujuan .................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
2.1.
Sejarah
teori Difusi Inovasi .................................................................................
2.2.
Pemikir
dan Buah Pikirannya ..............................................................................
2.3.
Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan
Peristiwa Difusi.........................................
2.4.
Difusi
Inovasi Puskesmas di Indonesia.................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
3.1.Kesimpulan...........................................................................................................
3.2. Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
pada umumnya adalah bersifat aktif yang
dilakukuan secara sadar untuk mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik.
Segala bentuk perubahan pada diri manusia baik secara individu maupun kelompok
dapat diamati dari perubahan-perubahan perilakunya. Proses perkembangan manusia
sebagian ditentukan oleh kehendak sendiri dan sebagian di tentukan oleh alam
atau lingkungan sekitarnya. Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses
bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran
tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial di
masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Sejak kapan difusi inovasi itu
dimulai?
2. Siapasajakah pemikir dan apa hasil pikirannya?
3. Apa saja tahap peristiwa
yang menciptakan peristiwa difusi?
4. Adakah difusi inovasi puskesmas
di Indonesia?
1.3.
Tujuan
1.
Dengan
adanya difusi inovasi kesehatan masyarakat akan lebih nyaman
2.
Dapat
memperbaiki taraf hidup masyarakat
3.
Memudahkan
masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
teori Difusi Inovasi
Teori
Difusi Inovasi ini dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika
seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk
S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan
bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari
dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu
menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
2.2.Pemikir dan Buah Pikirannya
Rogers
(1961) dalam Mulyana S. (2009) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu bentuk
komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang
berupa gagasan baru.Selanjutnya, definisidifusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its
source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Parker (1974), mendefinisikan difusi sebagai suatu proses
yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi.
Difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical
change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari
suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna
lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari
kegiatan produktif.
Bryce Ryan dan Neal Gross, pada tahun 1940 dua orang
sosiolog, mempublikasikan hasil
penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi
inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross
menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed
an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
2.3. Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan
Peristiwa Difusi
A. Mempelajari
inovasi
Tahapan ini merupakan awal ketika
masyarakat mulai melihat dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber,
khususnya media massa. Pengadopsian awal biasanya merupakan orang-orang yang
rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap
inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit
diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain
halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih
cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan
melalui komunikasi inerpersonal dan kedekatan secara fisik.
B. Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai
menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi
oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin
besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi
perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap
kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang
tersebut biasanya bertanya pada diri sendiri, apakah mereka mampu melakukannya?
Maka mereka akan cenderung mengadopsi inovasi tersebut. Selain itiu, dorongan
status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi.
C.
Pengembangan jaringan sosial
Seseorang yang
telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada
jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas
diadopsi oleh masyarakat. Divusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses
penyampaian dari satu individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki.
Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain
mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses asopsi inovasi, komunikasi
melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai
penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya
telah diperkenalkan oleh media massa.
2.4. Difusi Inovasi Puskesmas di
Indonesia
Di Indonesia kini
sudah mulai terjadi sedikit perubahan dalam bidang kesehatan, misalnya saja di
puskesmas
yang didalamnya disesaki oleh SDM berkualitas yang tak hanya unggul
secara kuantitas, tetapi juga dipenuhi energi positif, berjiwa muda, berani
(tapi tak sampai nekat) akhirnya kembali mendahului para sejawatnya sesama
Puskesmas di kawasan kabupaten sehat Rejang Lebong Propinsi Bengkulu,
meluncurkan sebuah program inovatif penuh daya imajinasi, yang merupakan bukti
kreatifitas tak terbendung dari para penghuni yang ada didalamnya dalam
memberikan pelayanan yang maksimal kepada para klien yang berada diwilayah
kerjanya dengan memanfaatkan semua keunggulan fasilitas yang dimiliki, walau
sebenarnya semua fasilitas itu tidaklah lebih baik dari yang dimiliki Puskesmas
lainnya.
Satu-satunya Puskesmas yang sejak
berdirinya belum pernah mendapat peralatan TI baik dari dinkes Kabupaten maupun
Propinsi. Harapannya, bagaimana para klien itu dapat memiliki akses dan
mendapat kemudahan saat membutuhkan pelayanan kesehatan, bahkan mereka dapat
menikmati pelayanan kesehatan Puskesmas Sambirejo di ruang paling pribadi
dirumah-rumah mereka, tentu tetap dengan keramahan khas Puskesmas Sambirejo seperti
yang biasa mereka dapatkan jika mereka berkunjung langsung ke Puskemas
Sambirejo. Melalui Program Call Me, Puskesmas Sambirejo menyediakan
pelayanan konsultasi masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah kesehatan
seperti Gizi, Kesehatan Lingkungan maupun Kesehatan Remaja, dari rumah atau
dari manapun para klien berada, melalui sms dan telpon pada nomor-nomor yang
telah ditentukan dijam dinas. Yang lebih mendebarkan lagi, melalui program ini,
Puskesmas Sambirejo kedepan dapat melayani panggilan kerumah pada jam dinas di
wilayah kerjanya. Selain itu, di kota Kupang salah
satu upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Pasir Panjang untuk memberikan
pelayanan yang Prima kepada pengguna layanannya adalah mereformasi diri dengan
menjalankan paket kegiatan Reformasi Puskesmas yang didukung oleh AIPMNH –
AUSAID. Merupakan Inovasi dalam kegiatan Reformasi Puskesmas di Puskesmas
Pasir Panjang adalah menyediakan Pojok Ramah Anak, dimana di pojok ramah anak
tersebut disediakan khusus bagi anak-anak yang datang ke Puskesmas untuk
bermain. Di pojok ini disediakan karpet dan alat permainan anak yang bisa
digunakan anak-anak sambil menunggu giliran mendapatkan pelayanan. Pojok Ramah
Anak ini juga ditata dengan poster dan pajangan yang membuat anak-anak
betah untuk bermain di pojok tersebut. Setelah selesai kegiatan pelayanan pojok
ini akan dirapikan oleh staf Puskesmas.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Inovasi adalah sesuatu yang dipersepsi oleh konsumen
sebagai sesuatu yang baru. Inovasi ternyata tidak mudah diterima oleh system
sosial yang menjadi sasaran pemasaran.
Penerimaan suatu inovasi dalam sistem tertentu disebut
difusi. Indonesia sekarang juga sudah mengalami perubahan-perubahan, yang
semisal terjadi di puskesmas daerah Kabupaten
Rejang Lebong dan juga Pasir Panjang di daerah Kupang. Puskesmas ini telah
menciptakan pelayanan yang berbeda dengan puskesmas lain di Indonesia.
3.2.
Saran
Masyarakat atau lembaga pemerintahan akan lebih mudah melakukan inovasi
bila difusi yang diberikan sudah tepat dan ada kemauan untuk melakukan inovasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Z. 2004. Komunikasi
Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta.
Nurudin. 2005. Sistem
Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.
Rogers, E. M. 2003, Diffusion
of Innovations: Fifth Edition. Free Press. New York.
Akhmad Sudrajat, 2008.
Difusi Inovasi. Let ’s Talk About Educational. File : //F:IDifusi Inovasi.
Dinas Kesehatan
Prop.Jatim ,Buku Kesehatan, 2008.Dinkes Jatim
Alam Setiadi, 2008. Difusi Inovasi. File ://F:1 Difusi
Inovasi Alam Setiadi 08’s Weblog. htm.
Wibowo, Sigit, (2011 ). Difusi
Dan Inovasi Pembelajaran, Bahan Kajian Perkuliahan, Jakarta, UIA.
Notoatmodjo, S . 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, (edisi
revisi), Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar