Sabtu, 01 Februari 2014

"Blitar Cuy_



“Telonan (Tiga Bulanan) _Ala Blitar_”

  
Di Indonesia banyak sekali ragam upacara atau tradisi selamatan yang ada di setiap plosok negeri, terutama di pulau Jawa. Telonan, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, acara yang sering dilakukan oleh orang yang tinggal di Jawa untuk mendo’akan atau lebih akrab kita sebut “nylameti”. Acara telonan biasanya pada saat masa kehamilan berusia 3 bulan atau lebih tepatnya pada waktu bayi berumur 3 lapan (3 x 35 hari = 105 hari) dan dilaksanakan tepat pada hari lahir (weton) anak tersebut.  Dan syarat yang harus ada pada acara telonan ini adalah nasi ambeng yang akan dibagi-bagikan kepada tetangga, sebelum dibagikan ada do’a bersama yang akan dipimpin oleh sesepuh di desa tersebut.
Telonan yang sering kita jumpai di tengah-tengah masyarkat adalah teradisi masyarakat Hindu. tradisi ini dilakukan dalam rangka memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). tradisi ini biasa disebut Garba Wedana [garba : perut, Wedana : sedang mengandung]. Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan Telonan.
Bagaimana pandangan dari berbagai narasumber yang ada di masyarakat, dan bagaimana hukum telonan tersebut menurut agama islam dan anggapan bagi penduduk sekitar. Berikut pemaparan dari beberapa ahli;
Mbah yahmi: kalau acara telonan tujuannya untuk selamatan dan sebagai tanda ijin kepada leluhur (yang meninggal terdahulu) bahwa akan lahir seorang jabang bayi di dunia. Mbah Yahmi juga menegaskan bahwa tidak ada unsur lain dalam acara telonan selain selamatan (syukuran) telah diberikannya momongan.
Pak Narko: bahwa dalam acara telonan tidak perlu diadakan upacara siram kembang atau yang menyimpang dari ajaran islam. Jadi menurut pak Narko do’a dan niatkan selamatan sebagai shodaqoh. jika selamatan kehamilan tersebut disertai dengan keyakinan akan membawa keselamatan dan kebaikan, dan sebaliknya jika tidak dilakukan akan menyebabkan bencana atau keburukan, maka keyakinan seperti itu merupakan kemusyrikan. Karena sesungguhnya keselamatan dan bencana itu hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Pak Muryani: singkat saja, telonan merupakan perwujudan rasa syukur kepada Alloh, karena akan diberikan anak dan artikan selamatan sebagai do’a dan syukur.

A.   Aksiologi : Posisi tradisional pada aksiologi adalah bahwa ilmu pengetahuan harus bebas dari nilai. Dalam aksiologi ilmu pengetahuan, pertanyaan yang masih diperdebatkan adalah bukan mengenai apakah, nilai harus mempengaruhi teori dan penelitian, melainkan bagaimana nilai harus mempengaruhi keduanya. Dalam hal ini acara telonan sudah banyak dilakukan dimana-mana dan berbeda-beda cara melakukan telonan sesuai daerah masing-masing, tapi pada intinya sama, yaitu bersyukur pada Yang Maha Kuasa.
B.   Epistemologi adalah tuntunan-tuntunan (berupa pertanyaan) yang mengantar kita untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Dalam acara tradisi telonan ini tidak hanya mandi kembang atau kenduri masih banyak cara lain. Yang terpenting disini adalah bertujuan untuk mensyukuri nikmat dan do’a untuk keselamatan.
C.   Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada atau tidak ada, atau dengan kata lain ontologi membicarakan/mempelajari realitas. Kata telonan saat ini sudah tidak lagi banyak terdengar dimana-mana, misalnya saja di daerah perkotaan. Telonan sekarang lebih simpel dan lebih cepat, para ibu-ibu cukup masak di rumah dan kemudian masakan atau nasi kenduri di bagikan (di antar ke rumah-rumah), tidak perlu diadakan kenduri dan do’a bersama tetangga terdekat. Cukup berdo’a sekeluarga saja. 


Nama           : Moh. Wafa Jauhari
Nim               : 111 055 400 30
FAKULTAS   : SOSPOL 
PRODI          : Ilmu Komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar