“Telonan (Tiga Bulanan) _Ala Blitar_”
Di Indonesia banyak sekali ragam upacara atau
tradisi selamatan yang ada
di setiap plosok negeri, terutama di pulau Jawa. Telonan, mungkin sudah tidak
asing lagi di telinga kita, acara yang sering dilakukan oleh orang yang tinggal
di Jawa untuk mendo’akan atau lebih akrab kita sebut “nylameti”. Acara telonan
biasanya pada saat masa kehamilan berusia 3 bulan
atau lebih tepatnya pada waktu bayi berumur 3 lapan
(3 x 35 hari = 105 hari) dan dilaksanakan tepat pada hari lahir (weton) anak
tersebut. Dan syarat yang harus ada pada
acara telonan ini adalah nasi ambeng yang akan dibagi-bagikan kepada tetangga,
sebelum dibagikan ada do’a bersama yang akan dipimpin oleh sesepuh di desa tersebut.
Telonan
yang sering kita jumpai di tengah-tengah masyarkat adalah teradisi masyarakat Hindu. tradisi ini dilakukan dalam
rangka memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). tradisi
ini biasa disebut Garba Wedana
[garba : perut, Wedana : sedang mengandung]. Selama bayi dalam kandungan dibuatkan
tumpeng selamatan Telonan.
Bagaimana
pandangan dari berbagai narasumber yang ada di masyarakat, dan bagaimana hukum telonan
tersebut menurut agama islam dan anggapan bagi penduduk sekitar. Berikut pemaparan
dari beberapa ahli;
Mbah yahmi: kalau
acara telonan tujuannya untuk selamatan dan sebagai tanda ijin kepada leluhur
(yang meninggal terdahulu) bahwa akan lahir seorang jabang bayi di dunia. Mbah Yahmi
juga menegaskan bahwa tidak ada unsur lain dalam acara telonan selain selamatan
(syukuran) telah diberikannya momongan.
Pak Narko: bahwa
dalam acara telonan tidak perlu diadakan upacara siram kembang atau yang
menyimpang dari ajaran islam. Jadi menurut pak Narko do’a dan niatkan selamatan
sebagai shodaqoh. jika selamatan kehamilan tersebut disertai dengan keyakinan
akan membawa keselamatan dan kebaikan, dan sebaliknya jika tidak dilakukan akan
menyebabkan bencana atau keburukan, maka keyakinan seperti itu merupakan kemusyrikan. Karena sesungguhnya
keselamatan dan bencana itu hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Pak Muryani: singkat saja, telonan merupakan perwujudan rasa syukur kepada Alloh,
karena akan diberikan anak dan artikan selamatan sebagai do’a dan syukur.
A. Aksiologi : Posisi tradisional pada aksiologi adalah bahwa ilmu pengetahuan
harus bebas dari nilai. Dalam aksiologi ilmu pengetahuan, pertanyaan yang masih
diperdebatkan adalah bukan mengenai apakah, nilai harus mempengaruhi teori dan
penelitian, melainkan bagaimana nilai harus mempengaruhi keduanya. Dalam hal
ini acara telonan sudah banyak dilakukan dimana-mana dan berbeda-beda cara
melakukan telonan sesuai daerah masing-masing, tapi pada intinya sama, yaitu
bersyukur pada Yang Maha Kuasa.
B. Epistemologi
adalah tuntunan-tuntunan (berupa pertanyaan) yang mengantar kita untuk
mendapatkan suatu pengetahuan. Dalam acara tradisi telonan ini tidak hanya
mandi kembang atau kenduri masih banyak cara lain. Yang terpenting disini
adalah bertujuan untuk mensyukuri nikmat dan do’a untuk keselamatan.
C. Ontologi
adalah studi mengenai sesuatu yang ada atau tidak ada, atau dengan kata lain
ontologi membicarakan/mempelajari realitas. Kata telonan saat ini sudah tidak
lagi banyak terdengar dimana-mana, misalnya saja di daerah perkotaan. Telonan sekarang
lebih simpel dan lebih cepat, para ibu-ibu cukup masak di rumah dan kemudian masakan
atau nasi kenduri di bagikan (di antar ke rumah-rumah), tidak perlu diadakan
kenduri dan do’a bersama tetangga terdekat. Cukup berdo’a sekeluarga saja.
Nama : Moh. Wafa Jauhari
Nama : Moh. Wafa Jauhari
FAKULTAS : SOSPOL
PRODI : Ilmu Komunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar